Kisah Horor Seorang Pria, Akhir Hidup yang Tak Terbayangkan

Tragedi yang menimpa Hisashi Ouchi, seorang teknisi nuklir, menjadi kisah pilu tentang bahaya radiasi dan pentingnya keselamatan kerja. Kematiannya dianggap sebagai salah satu yang paling menyakitkan dalam sejarah akibat paparan radiasi di tempat kerjanya.
Awal Mula Petaka di Tokaimura
Pada 30 September 1999, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Tokaimura di Jepang menjadi lokasi kecelakaan yang menggemparkan. Hisashi Ouchi (35 tahun), bersama Masato Shinohara dan Yutaka Yokokawa, bertugas memurnikan uranium oksida di fasilitas pengolahan bahan bakar nuklir. Tujuan mereka adalah menghasilkan bahan bakar untuk reaktor riset.
Namun, hari itu berubah menjadi mimpi buruk. Ouchi dan rekan-rekannya secara tak sengaja memicu pelepasan radiasi akibat reaksi berantai nuklir yang tak terkendali.
Kronologi Kesalahan Fatal
Investigasi mengungkapkan bahwa prosedur yang seharusnya diikuti tidak dijalankan dengan benar. Mereka mencampurkan uranium oksida yang diperkaya dengan asam nitrat untuk menghasilkan uranil nitrat, yang merupakan bahan bakar nuklir. Kesalahan terjadi ketika mereka menambahkan uranium terlalu banyak ke dalam tangki pengendapan, melampaui batas aman.
Akibatnya, campuran tersebut mencapai titik kritis dan memulai reaksi nuklir berantai. Reaksi ini memancarkan radiasi neutron dan sinar gamma. Tanda bahaya langsung terlihat: percikan biru terang muncul di atas tangki, menandakan bencana telah terjadi.
Paparan Radiasi yang Mematikan
Sebanyak 119 staf terpapar radiasi berbahaya. Namun, Ouchi yang berinteraksi langsung dengan proses tersebut menerima dosis radiasi tertinggi, yaitu 17 Sievert (Sv) – jauh melebihi batas toleransi manusia. Sebagai perbandingan, petugas yang pertama kali merespons ledakan Chernobyl pada tahun 1986 terpapar radiasi sekitar 0,25 Sv.
Shinohara dan Yokokawa juga terpapar radiasi, meskipun dalam dosis yang lebih rendah, masing-masing 10 Sv dan 3 Sv. Ouchi langsung merasakan sakit yang hebat, muntah-muntah, dan pingsan di lokasi kejadian.
Perjuangan Hisashi Ouchi Melawan Maut
Para korban segera dilarikan ke Rumah Sakit Mito, di mana tim medis berupaya keras menyelamatkan nyawa mereka. Namun, kondisi Ouchi sangat kritis dan harapan untuk sembuh sangat tipis.
Dampak Radiasi pada Tubuh Ouchi
Radiasi telah merusak sel-sel tubuh Ouchi, menghancurkan kromosomnya, dan menyebabkan kulitnya meleleh. Ia juga mengalami kehilangan darah, infeksi, gagal ginjal, dan peningkatan risiko kanker.
Dr. Tomoko Nakanishi, salah satu dokter yang merawat Ouchi, menggambarkan kerusakannya sangat parah dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Upaya Medis yang Tragis
Meskipun demikian, tim dokter dan peneliti tidak menyerah. Mereka berusaha mempertahankan hidup Ouchi dengan berbagai metode, termasuk transfusi darah, transplantasi kulit, dan alat bantu jantung. Tujuan mereka adalah untuk mempelajari efek radiasi pada tubuh manusia dan mencari cara untuk mengobatinya.
Sayangnya, upaya tersebut sia-sia dan hanya memperpanjang penderitaan Ouchi. Ia tidak bisa berbicara, bergerak, atau bahkan bernapas sendiri.
Permohonan Terakhir
Menurut laporan, Ouchi bahkan menangis darah dan memohon kepada dokter untuk mengakhiri hidupnya. "Aku tidak tahan lagi! Aku bukan kelinci percobaan!" ucapnya dalam keputusasaan.
Kondisi Ouchi terus memburuk. Sumsum tulangnya mulai hancur, dan ia tidak mampu lagi memproduksi sel-sel baru. Dua minggu setelah kejadian, ia tidak bisa lagi makan dan harus menerima makanan melalui infus.
Akhir Hidup yang Tragis
Setelah 83 hari berjuang melawan maut, Hisashi Ouchi akhirnya meninggal pada 21 Desember 1999, akibat kegagalan multi-organ. Ia menjadi korban radiasi nuklir terparah dalam sejarah dan contoh tragis manusia yang dipaksa hidup dalam siksaan demi penelitian.
Pelajaran yang Dipetik
Kisah Hisashi Ouchi menjadi pengingat yang menyayat hati tentang pentingnya keselamatan dan tanggung jawab dalam pekerjaan yang melibatkan bahan-bahan berbahaya. Kecelakaan di Tokaimura menyoroti perlunya protokol keselamatan yang ketat, pelatihan yang memadai, dan pengawasan yang cermat untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.